• "MAMA?" AKU INGIN SEKOLAH LAGI!


    Sore hari yang begitu melelahkan, aku duduk termenung memangdangai teman-temanku yang sedang bercanda ria di halaman rumah mereka, Titin seorang anak yang cantik dan begitu ceria baru saja datang dari Kota sintang. Sekarang dia sedang mengisi waktu liburnya di desa yang kecil ini. Selintas aku memikirkan masa-masa suka dukaku waktu masih di sekolah. Ingat ketika aku bisa tersenyum bercanda ria bersama teman-teman sekolahku, namun sayang sekarang aku tak punya waktu yang indah seperti itu lagi semenjak aku memutuskan untuk berhenti sekolah. Sebenarnya aku sangat ingin sekolah, ingin menjadi anak yang pintar kelak, tapi di sekolahku yang dulu aku merasa tidak nyaman. Guru kelasku sering berlaku kasar terhadapku, sampai-sampai sebuah penggaris kayu yang luman besar pernah patah dipunggungku. Aku begitu takut, sampai-sampai untuk berfikirpun aku tidak bisa karna takut. Karna kejadian itulah aku tidak berani lagi untuk masuk sekolah.
    Sekarang aku tinggal bersama orang tuaku di desa Gurung mali. Setiap kali ketemu titin tetanggaku aku slalu memikirkan betapa bahagianya dia, andai saja aku masih jadi anak sekolah mungkin nasibku tidak seperti ini, bila dibandingkan dengan Titin hidupku sangat berbeda dengannya.
    Aku mulai berfikir bahwa aku masih punya kesempatan untuk meneruskan sekolahku lagi. Keinginanku ini didukung berat oleh kakak iparku Endang, istri dari kakak pertamaku Anton. Aku menceritakan keinginanku ini kepada Mama. Alangkah kagetnya aku teryata Mama malah marah padaku. Ia, Mama sangat marah.
    “aku tidak akan setuju dengan niatmu itu” kata Mama
    “kenapa Ma…? “ bukankah ini lebih baik.
    “dulu saya sudah banyak berharap bahwa kamu bisa menyelesaikan sekolahmu dengan baik, tapi betapa kecewanya Mama ketika kamu tiba-tiba meninnggalkan sekolahmu. “ jawab Mama. “ Mama sudah mempercai kamu Lis, tapi karna ulahmu sendiri Mama tidak percaya lagi sama kamu.”
    “Maaf Ma, tapi aku benar-benar ingin sekolah lagi. Aku ingin hidupku lebih berarti lagi. Aku merasa hampa hidup seperti ini.” Jawabku.
    “oke, kalau kamu bersi keras pengen sekolah lagi, mulai sekarang jangan pernah kamu menganggap saya sebagai Mamamu lagi….!!!”
    Jawaban dari Mama mengagetkanku. Kenapa Mama begitu marah padaku? Bukan kah niatku ini baik. Aku sunggut tak mengerti maksud Mama.
    Mama pergi menjauh dan kulihat kedua tangannya mengusap matanya yang sudah keriput dan sepertinya Mama menangis. Aku merasa sangat bersalah pada Mama, tapi tetap saja aku tidak mengerti mengapa Mama begitu marah padaku. Namun aku sudah yakin dengan keputusanku untuk melanjutkan sekolah lagi. Aku yakin cepat atau lambat Mama akan mengerti kalau aku menginginkan ini dan belajar disekolah adalah kebutuhanku.
    Dengan penuh rasa bersalah aku pergi meninggalkan Mama, aku ingin memenuhi impianku untuk sekolah. Aku akan tinggal bersapa paman “Puan” dan keluarganya. Paman Puan adalah saudara bungsu ayahku, dari aku kecil dia sudah menyayangiku dan mengangapku sebagai anaknya sendiri
    Dua minggu telah berlalu, aku sangat merindukan Mama. Sekarang aku akan memulai hari-hariku belajar di sekolah lagi. Aku sangat senang, saudaraku Sandes telah mengurus segalanya agar aku bisa sekolah lagi di desa yang indah dan lumayan ramai ini., desa sai Buluh. Sekolah disini sangat menyenangkan bagiku, selain mempunyai teman yang baik dan ramah, guru-guru di sekolah ini juga sangat baik dalam mengajar dan tidak pernah berlaku kasar terhadap murid-murid disini. Suasana desa yang tenang dan dikelilingi oleh bukit-bukit kecil yang hijau membuatku merasa betah tinggal disini.
    Seiring berjalannya waktu tidak terasa sebentar lagi kami siswa kelas enam SD 16 Sai. Buluh akan mengikuti ujian akir sekolah dan nasional. Kerinduanku pada Mama semakin sulit untuk ditahan. Sudah lama Mama tidak pernah menghubungiku lagi. Kata-kata Mama itu slaluku ingat. Apakah Mama benar-benar sudah melupakanku? pikirku. Apakah dia tidak bisa memaafkanku seumur hidupnya? Mama andai saja Mama tahu, bahwa aku sangat meyayangi Mama dan aku tidak pernah ingin melukai perasaan Mama sedikitpun. Mama telah banyak berkorban dalam hidupku. Segalanya telah Mama berikan untukku. Dari kasih sayang Mama sampai kemarahan terbesar Mama padaku. Karna Mama, tetap Mamaku tercinta.
    Seminggu lagi ujian akir akan tiba, aku sangat sedih dengan keadaanku yang sepi dan tanpa Mama disampingku. Teman-teman sekelasku sibuk mempersiapkan semuanya dengan didukung oleh Mama mereka masing-masing. Sementara aku hanya sendiri, hanya ada paman dan tanteku yang slalu mensuportku. Yaah…..! karna mereka sudah menganggapku sebagai anak mereka sendiri dan aku juga sudah lama tinggal bersama mereka.
    Tiba-tiba Tante Inung memberitahuku bahwa Mama akan datang hari ini. Betapa senangnya aku. Akirnya Mama mau menemuiku lagi dan mungkin dia akan memaafkan aku.
    Aku menunggu kedatangan Mama dengan gelisah dan rasa kangenku yang sudah lamaku pendam. “Ting….ting….ting………….!!!” bell rumah berbunyi. Mungkin itu Mama, pikirku. Bergegas aku berjalan membuka pintu depan, teryata benar dengan senyuman manis khasnya Mama, Mama tersenyum padaku. Aku rangkul Mama dengan erat dan kulihat Mama menangis.
    “Maafkan Mama nak, Mama baru mengunjungimu”
    “ Ia Ma, aku senang Mama datang… Maafin aku juga Ma, maaf atas kesalahanku yang telah banyak mengecewakan Mama”. Aku senang sekali Mama telah memanggilku “nak” lagi.”
    “ia, kamu tahu mengapa Mama berbuat seperti itu padamu Lis? Karna Mama sangat menyangiMu. Dan Mama pikir mungkin dengan begini kamu akan mengerti betapa pentingya tanggung jawab itu. Mama tidak ingin kamu tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang telah kamu miliki. Atasa apa yang telah kamu dapatkan. Mama ingin kamu bisa lebih menghargai sebuah kesempatan Lis. Dan sekarang kamu telah bisa menyelesaikan tanggungjawab dan kesempatanmu dengan menyelesaikan sekolahmu ini. Mama sangat senang.”
    Aku mengangguk kecil sambil menagis tersedu. Teryata ini jawaban atas kemarahan Mamaku yang dulu. Mama benar, aku harus bisa mengambil setiap kesempatan yang ada dan menjadi orang yang bisa bertanggung jawab atas apa yang telah ia miliki dan dapatkan sesulit apapun itu pasti bisa teratasi.